Kamis, 04 September 2008

info ttg obesitas

Hindarkan Obesitas, Seimbangkan Makanan dan Aktivitas

Obesitas yang dialami Marlena itu seharusnya bisa dihindarkan dengan menerapkan pola makan yang tepat. Memang, diet yang terlalu ketat bisa mengakibatkan masalah kesehatan. Tubuh jadi kekurangan energi. Namun, mengonsumsi makanan tanpa kontrol juga tak kalah bahaya.

Disebut obesitas jika berat badan orang itu 20 persen lebih banyak dibandingkan kisaran angka normal. Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok. Yaitu, kelebihan berat badan ringan (20-40 persen), kelebihan berat badan sedang (41-100 persen), kelebihan berat badan berat (lebih dari 100 persen).

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor. Pertama, genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tapi, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, namun juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seri sulit memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.

Kedua, faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas. Namun, lingkungan seseorang juga memegang peran cukup berarti. Lingkungan termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya, yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu tidak bisa mengubah pola genetik. Tapi, mereka bisa mengubah pola makan dan aktivitasnya.

Ketiga, faktor psikis. Yang ada dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Kegemukan yang ditimbulkan tak hanya berdampak pada penurunan nilai estetika penampilan. Kegemukan yang berhubungan dengan sindrom metabolisme itu juga bisa menjadi sumber berbagai penyakit. Misalnya, diabetes, hipertensi, kolesterol, dan peningkatan trigliserida.

Kondisi itulah yang menyebabkan orang terkena serangan jantung. Beberapa gejala seseorang terkena sindrom metabolisme tersebut adalah lingkar pinggang yang mencapai lebih dari 80 cm dan tekanan darah tinggi.

Obesitas terjadi karena asupan makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi aktivitas. ''Kegemukan akan memengaruhi mobilisasi seseorang,'' kata Prof Dr dr Rochmad Romdoni, ahli penyakit dalam (internist), dokter yang menangani sakit jantung Marlena.

Tubuh dengan bobot jauh di atas normal mengakibatkan seseorang sulit bergerak. Bahkan, bisa saja kakinya tidak bisa menopang badan. Sebab, bentuk badan sudah tidak proporsional. Jika itu yang terjadi, bukan hanya masalah fleksibilitas gerak yang akan dialami, tapi juga akan timbul penyakit-penyakit lain. ''Bisa stroke dan jantung koroner,'' ungkapnya.

Jika seseorang sudah mengalami obesitas, jalan keluarnya adalah diet ketat. ''Itu memang sulit karena penderita pasti susah mengontrol makanan,'' ujarnya.

Tapi, hal tersebut harus dilakukan. Sebenarnya bisa dibantu dengan mengonsumsi obat. Tapi, obat-obatan tersebut hanya bersifat sementara. ''Meski beratnya berhasil berkurang, kalau pola makan tidak dijaga, kegemukan akan terjadi lagi,'' tegasnya.

Romdoni menyarankan, sebelum muncul penyakit yang dipicu oleh kegemukan, pola makan sangat penting untuk dijaga. Usahakan asupan makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas tubuh seimbang. ''Seimbang ya, bukan berlebihan,'' katanya.

Romdoni menuturkan pentingnya olahraga secara teratur. ''Olahraga membuat kesehatan terjaga. Kurangilah makanan berlemak. Untuk usia 50-an ke atas, sebaiknya hindari makanan bergula,'' ujarnya.

Tidak ada komentar: