Kamis, 04 September 2008

info ttg diet

Diet Perbaiki Penampilan
Metode Beragam, Waspadai Efeknya


BANYAK cara menurunkan berat badan. Apalagi, belakangan makin beragam diet (pengaturan pola makan) yang bertujuan pelangsingan. Mulai diet Atkins hingga diet South Beach.

Andriyanto SH MKes dari Akademi Gizi Surabaya mengatakan, sebenarnya diet yang tepat adalah penerapan pola makan untuk membantu penyembuhan dari kondisi tertentu. Tapi, pada akhirnya, banyak orang tertarik menerapkan diet demi memperbaiki penampilan fisik. ''Ini yang masih salah kaprah,'' ujarnya.

Karena itu, sebelum menerapkan metode diet, dia menyarankan untuk mengetahui dampaknya terhadap kesehatan. Mengapa begitu? Sebab, mereka umumnya menerapkan pola makan tak seimbang. Mereka mengonsumsi satu makanan tertentu dan mengurangi makanan yang lain. Akibatnya, suplai bahan makanan ke tubuh berkurang. ''Pengurangan ini justru memunculkan masalah kesehatan baru,'' kata ketua Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Jatim itu.

Dia menegaskan, sebaik-baiknya menurunkan berat badan adalah dengan mengurangi porsi makan. Bukan menghindari makanan. Berikut beberapa jenis pilihan metode diet.

Diet Atkins

Diet yang diluncurkan Dr Robert C. Atkins tersebut menerapkan pola makan rendah karbohidrat, tinggi protein. Atkins mengatakan, dengan meningkatkan konsumsi protein tanpa karbohidrat selama dua minggu pertama, tubuh akan membangun ketosis. Yaitu, keadaan ketika tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar. Setelah dua minggu, baru diperbolehkan mengonsumsi karbohidrat, dengan porsi sangat sedikit. Karena yang dihindari karbohidrat, segala bentuk karbohidrat harus disingkirkan. Mulai beras, roti, mi, beras merah, maupun jagung.

''Diet ini menuai pro-kontra. Ketakutan utama, makanan tinggi protein sering tinggi kadar lemak jenuh,'' jelas Andriyanto. Kadar kalsium pun turun yang berisiko mencetuskan osteoporosis. Begitu juga orang dengan gangguan liver dan ginjal. Risikonya, stres tidak semestinya akibat tubuh mencoba menghilangkan keton. Ahli-ahli lain mengamati, diet itu menimbulkan masalah konstipasi, usus besar, ginjal, atau naiknya kadar kolesterol.

Diet Detox

Dicetuskan Dr Paula Baillie Hamilton. Diet itu didasarkan atas kecemasan terhadap bahan-bahan kimia yang ditemukan dalam makanan. Dikhawatirkan, bahan tersebut meracuni sistem tubuh dan membuat tubuh sulit mengontrol berat badan. Untuk mengurangi zat kimia ke dalam tubuh, konsumsi makanan organik. Juga membatasi konsumsi makanan yang telah diproses, terutama yang mengandung zat-zat berbahaya. Misalnya, lemak jenuh serta zat pewarna.

Caranya, mengonsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, dan herbal selama sebulan penuh. ''Pelaku diet umumnya tidak diperbolehkan konsumsi daging, ikan, karbohidrat sederhana, makanan berlemak, maupun garam,'' jelasnya. Diet begini umumnya sangat rendah kalori sehingga pelakunya akan mengalami penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat. ''Risikonya, nutrisi kurang karena jumlah kalori yang dikurangi terlalu dramatis dan ini kurang baik,'' tegasnya.

Diet South Beach

Pola makan ini dibuat oleh Dr Arthur Agatston. Awalnya, diet itu ditujukan untuk pasien pengidap penyakit kardiovaskuler. Diet tersebut menurunkan berat badan 6 kg dalam waktu dua minggu.

Diet itu menekankan pada pengurangan konsumsi karbohidrat. ''Karena, menurut Agatston, umumnya kelebihan berat badan disebabkan konsumsi karbohidrat berlebihan. Efeknya meningkatkan kadar gula darah,'' papar Andriyanto. Agatston menyarankan pengikutnya untuk menjauhi lemak jenuh dan menyarankan konsumsi lemak tak jenuh tunggal. Misalnya, minyak zaitun dan asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan.

Kekurangan utama, mayoritas makanannya berasal dari daging dan dairy product. Hanya ada sedikit pilihan pada pengidap alergi susu atau vegetarian.

Pada tahap awal, akan terjadi penurunan berat badan cukup signifikan. Tapi, hal tersebut disebabkan hilangnya cairan akibat pembatasan konsumsi karbohidrat. Kondisi itu berisiko naiknya kembali berat badan. Yaitu, saat kembali makan karbohidrat.

Tidak ada komentar: