Rabu, 20 Agustus 2008

info

Doktrin Ortu Tak Selalu Negatif
Biasakan Komunikasi Ayah, Ibu dan Anak


DISADARI atau tidak, sering orang tua memberikan doktrin kepada anak. Isinya tentang aturan, norma, dan harapan orang tua. Jika sesuai bakat anak, indoktrinasi berdampak positif. Sebaliknya, jika tidak tepat, dampak negatif yang membayangi.

Norma sosial dan agama menjadi bahan indoktrinasi. Selain itu, kegagalan masa lalu orang tua membuat harapan ayah-ibu kepada anaknya sangat berlebihan. ''Asal harapan yang disampaikan sesuai bakat dan minat anak, tidak masalah. Itu bisa menjadi pemicu semangat anak,'' kata Prof Dr Yusti Probowati, guru besar Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Sebab, selain memberi cita-cita, indoktrinasi menjadi sarana penanaman moral dan melatih empati.

Caranya? Mendongeng, kata dia, adalah salah satu cara efektif indoktrinasi kepada anak-anak. Memasuki usia remaja, doktrin terjadi ketika pemilihan sarana pencapaian cita-cita. Misalnya, memilih sekolah atau langsung bekerja. Yusti menegaskan, sebagian besar mahasiswa yang bermasalah mengaku tidak menyukai pilihannya. ''Alasannya, orang tua yang meminta,'' jelasnya. Bila indoktrinasi berlanjut, anak akan merasa tertekan. Jika melampaui batas toleransi, si ABG memberontak. ''Beberapa kasus kuliah DO (drop out) dipicu oleh masalah ini. Remaja menberontak dengan mogok belajar,'' paparnya.

Pilihan tak sesuai bakat dan minat anak inilah yang memicu sisi negatif indoktrinasi. Anak tumbuh menjadi pribadi kurang percaya diri. Sebab, sebagian keputusan hidupnya ditentukan orang tua. Ketika berhadapan dengan persoalan, sudut pandang yang dipakai dari orang tuanya, bukan dari dirinya.

Saat berinteraksi dengan sebaya, kondisi itu jelas tidak menguntungkan. ''Akhirnya anak merasa tidak percaya diri mengemukakan pendapat karena takut dicemooh temannya,'' tegas Yusti.

Untuk menghindarinya, biasakan berkomunikasi dua arah. Orang tua hendaknya tak meremehkan pendapat anak. Perhatikan kemampuan dan kecenderungan bakat sejak kecil. Hal itu berperan menentukan arah pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Tidak ada komentar: