Rabu, 20 Agustus 2008

info

Pewarna Alami Tetap Menarik

TAK sedikit jajanan yang kurang memenuhi kandungan gizi. Bahan pewarna, pengawet, dan penambah rasa sangat sering ditambahkan. Padahal, bahan pangan lokal cukup memadai untuk membuat jajanan yang sehat.

Memang, pemanfaatan bahan pangan lokal masih kurang. Termasuk, kacang-kacangan, ikan laut, dan sayur. Itulah yang mendasari penelitian Kajian Jajanan dengan Bahan Makanan Lokal (untuk anak balita, ibu hamil, dan anak SD).

Studi yang dilakukan Akademi Gizi Surabaya dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur itu dilaksanakan Juli lalu. Tujuannya, mendapat masukan dan alternatif pilihan jajanan yang aman, sehat, bergizi, dan terjangkau. Apalagi, balita, ibu hamil, dan anak SD tergolong umur dengan kebutuhan gizi khusus. ''Hasil akhirnya diharapkan meningkatkan status gizi dan kesehatan kelompok sasaran,'' kata Annas Buanasita SKM MGizi, ketua pelaksana penelitian.

Bahan pangan dipilih yang mudah didapat di daerah Jawa Timur. Juga, relatif terbeli oleh masyarakat banyak. Misalnya, wortel, bayam, dan sawi. Sumber protein hewani adalah ikan kembung, tongkol, pindang, daging, maupun telur. Sumber kacang-kacangan lokal, antara lain, kacang tanah, kacang tolo, serta kacang kedelai.

Bahan tersebut dipadu dan diolah menjadi menu baru. Mulai arem-arem pindang, lapis borju, crape barik (bayam rogut ikan), bolu kukus wortel, hingga cake bayam tempe (batem). Ternyata, anak-anak menyukai makanan tersebut.

Berdasar peringkat, makanan berwarna paling disukai balita dan anak SD. ''Makanan berwarna lebih menarik. Sebab, saat itu fungsi motorik anak dalam mengenal warna berkembang pesat,'' jelasnya. Warna dihasilkan dari bahan alami seperti wortel dan bayam. Tentu tidak perlu penambahan zat pewarna.

Hasil penelitian itu akan disosialisasikan dalam kegiatan lanjutan berupa pelatihan terhadap kelompok sasaran maupun petugas dari instansi terkait. Misalnya, kader posyandu, guru UKS, dan penjaja makanan di sekolah.

Annas menyebut, penjaja makanan di sekolah adalah sasaran terpenting. Sebab, sebagian besar makanan kurang bergizi yang dikonsumsi anak berasal dari lingkungan sekolah.

Tidak ada komentar: