Rabu, 20 Agustus 2008

info

Pekerjaan Membentuk Kepribadian

TANPA disadari, pola kerja membentuk kepribadian seseorang. Pola pikir terhadap pemenuhan tuntutan pekerjaan terbawa hingga ke rumah.

Ada beberapa kelompok pekerjaan yang memengaruhi karakter seseorang. Misalnya, mekanik, pilot, polisi, dan tentara. Pekerjaan itu membutuhkan kemampuan bekerja dengan mesin, alat, dan binatang. Umumnya mereka menghindari aktivitas sosial. Seperti mengajar, penyembuhan, dan penyuluhan. Akibat pekerjaannya, mereka memandang dirinya sebagai pribadi yang praktis, mekanis, dan realistis. ''Di rumah, kebiasaan berpikir praktis dan mekanis ini terbawa dalam mengasuh buah hati,'' kata Hartanti MPsi.

Beda lagi dengan pekerjaan yang menuntut pemecahan masalah dalam waktu cepat. Misalnya, ahli kimia, dokter gigi, jurnalis, dan ahli matematika. Mereka biasanya menghindari pekerjaan yang sifatnya memimpin, menjual, ataupun membujuk orang lain. Mereka melihat dirinya intelektual. ''Sulit memberikan masukan kepada orang yang bekerja di sektor ini,'' tegas dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya tersebut. Sebab, lanjut dia, pengetahuan pekerja di sektor itu luas. Mereka terbiasa cekatan. ''Jika ada masalah, mereka berupaya keras menyelesaikan sendiri secepatnya,'' tambahnya.

Orang yang menjalani pekerjaan dengan sentuhan seni lebih suka menghindari aktivitas rutin. Misalnya, desainer pakaian, penari, komposer, editor buku, dan graphic designer. ''Sebab, mereka melihat dirinya sebagai pribadi ekspresif, orisinal, dan independen,'' jelasnya.

Guru, konselor, perawat, dan pekerja sosial tergolong suka menolong sesama. Situasi itu paling banyak terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka pandai mengajar, konseling, merawat, atau memberi informasi. ''Biasanya mereka menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, alat, atau binatang,'' katanya.

Menurut psikolog tersebut, sales, agen real estate, pengacara, hakim, dan manajer hotel suka memimpin. Mereka juga terbiasa memengaruhi orang lain dan menjual gagasan. Umumnya, pekerja tersebut menghindari aktivitas yang membutuhkan observasi mendalam dan pemikiran analitis. ''Mereka mudah sekali bersosialisasi. Kepribadiannya energik dan ambisius,'' jelasnya.

Ada pula pekerjaan yang berkutat pada angka, berkas, dan segala yang serbateratur. Sekretaris dan teller bank, misalnya. Di rumah, kebiasaan itu terbawa. Baik dalam menata rumah maupun mengatur kegiatan sehari-hari. Kejutan pun jarang ada. Itulah yang membuat suasana membosankan. ''Untuk anak, ini jelas tidak menyenangkan. Mereka kan suka bermain,'' lanjutnya.

Namun, Hartanti menambahkan, tidak semua orang membawa ritme kerja ke rumah. Hal tersebut, kata dia, bergantung pada kekuatan pribadi seseorang dalam membedakan antara lingkup kerja dan sosial.

Tidak ada komentar: